Di sebuah rimba belantara yang jauh dari manapun juga tinggallah para monyet dengan hiruk pikuk dan kesibukannya masing-masing. Rimba ini dikenal sebagai negeri para monyet, negeri yang terbilang kecil namun damai dan jauh dari segala keramaian.
Klan monyet merah adalah salah satu klan yang tinggal di negeri ini. Ratu monyet merah menjadi pemimpin klan sejak sang raja meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Semenjak memimpin klan ratu monyet merah berusaha keras menghidupi klan monyet merah. Berkat usahanya pada akhirnya klan ini mulai mencapai kemakmuran.
Suatu hari putri monyet merah hendak meninggalkan klan karena menikah dengan salah satu putra klan monyet biru dan membentuk klan baru. Keduanya bersepakat untuk tidak mengadakan jamuan besar namun cukup acara kecil yang dihadiri oleh keluarga dan sahabat dekat.
Namun ketika maksud ini disampaikan ternyata sang ratu monyet merah tidaklah berkenan. Sang ratu menghendaki tetap diadakan jamuan besar, bahkan apabila putri monyet merah dan putra monyet biru tidak cukup memiliki pisang untuk menjamu para tamu maka sang ratu sendiri-lah yang hendak memerintahkan para punggawa untuk mengeluarkan persediaan pisang dari lumbung-lumbungnya.
Putri monyet merah dan putra monyet biru tak lantas mengiyakan, mengingat bahwa sejak awal mereka berkeinginan untuk mandiri. Namun mereka juga tak serta merta menolaknya mengingat perangai sang ratu yang angkuh, mudah tersinggung, berburuk sangka, pendendam dan amarahnya meledak-ledak.
Pada sebuah jamuan makan malam klan monyet merah, sang ratu di hadapan para tamu menceritakan bahwa dirinya hendak mengadakan pesta untuk pernikahan putrinya. Sang ratu berkata bahwa karena pisang yang digunakan untuk pesta adalah miliknya maka baik putri monyet merah maupun putra monyet biru harus menerima seperti apapun bentuk pestanya.
Mendengar hal ini putra monyet biru merasa terseinggung, harga dirinya sebagai laki-laki terusik sekaligus merasa nama baiknya dicemarkan. Maka disampaikannya kegalauan ini kepada putri monuet merah yang kemudian menyampaikan kepada sang ratu. Seperti telah diduga mengingat perangai sang ratu yang mudah tersinggung maka meski telah disampaikan secara baik-baik pun diterima secara negatif oleh sang ratu.
Akhirnya untuk mencegah pencemaran nama baik yang terus berlanjut putri monyet merah dan putra monyet biru bersepakat untuk mengadakan pesta dengan pisang-pisang yang mereka miliki sendiri.
Waktu terus bergulir hingga hari H semakin dekat. Namun semakin dekatnya hari H justru menimbulkan permasalahan-permasalahan baru antara putri monyet merah dan putra monyet biru dengan sang ratu. Putri monyet merah dan putra monyet biru bermaksud untuk mengundang sedikit orang saja agar suasana pesta terasa lebih akrab, sebaliknya sang ratu tidak menghendaki demikian. Menurut sang ratu banyak orang yang harus diundang bahkan mengancam akan mengadakan pesta sendiri jika keinginannya tidak terpenuhi. Namun sebagaimana sifatnya yang tidak berani bicara sendiri maka hal ini disampaikan kepada anggota klan merah agar satu per satu membujuk putri monyet merah dan putra monyet biru untuk menyetujui keinginannya.
Akhirnya putri monyet merah dan putra monyet biru setuju untuk menambahkan nama-nama bangsawan monyet yang hendak diundang dengan catatan kelebihannya akan di ambil dari lumbung pisang sang ratu karena bangsawan tersebut adalah tamu-tamu sang ratu yang jumlahnya pun lebih banyak daripada undangan putri monyet merah dan putra monyet biru maupun klan monyet biru.
Adalah sebuah kebiasaan di negeri monyet bagi siapapun yang diundang ke sebuah jamuan biasanya membaya pisang sebagai sumbangan bagi yang mengadakan jamuan. Tradisi ini dipandang oleh putri monyet merah dan putra monyet biru menyusahkan bagi para tamu yang tidak memiliki kebun pisang sendiri atau yang kebunnya sedang diserang oleh hama. Seringkali para tamu yang diundang sebenarnya kesulitan untuk menyumbangkan pisang namun karena tradisi maka mau tidak mau mereka tetap membawanya. Melihat kondisi ini putri monyet merah dan putra monyet biru menghendaki agar untuk pesta kali ini tidak perlu para tamu membawa pisang sebagai sumbangan karena yang diharapkan oleh putri monyet merah dan putra monyet biru bukan pesta yang mewah dihadiri oleh para bangsawan dan pangeran dari berbagai klan namun pesta yang penuh sukacita dan keakraban.
Lagi-lagi keinginan ini ditentang oleh sang ratu melalui mulutnya sendiri maupun mulut monyet-monyet lain sebagaimana kebiasaaan sang ratu jika hendak menyampaikan suatu maksud. Sampai pada suatu ketika sang ratu sendiri berkata kepada putri monyet merah dan putra monyet biru bahwa sebaiknya tetap menerima sumbangan pisang. Sang ratu sendiri merasa tidak butuh pisang-pisang itu karena persediaan pisang dalam lumbungnya sudah lebih dari cukup maka kata sang ratu lagi supaya pisang-pisang yang dibawa oleh para tamu ini nantinya mau disimpan oleh putri monyet merah dan putra monyet biru atau disumbangkan kepada monyet lain terserah pada putri monyet merah dan putra monyet biru.
Sang ratu menekankan bahwa sumbangan pisang harus tetap diterima demi etika. Akhirnya putri monyet merah dan putra monyet biru setuju untuk menerima sumbangan.
Rupanya sebuah peristiwa seringkali muncul tanpa diduga-duga, sebulan sebelum hari jamuan putra monyet biru mengalami kerugian dari bisnisnya yang nilai kerugiannya hingga ratusan juta pisang. Padahal jamuan harus tetap berjalan karena para tamu sudah diundang. Maka akhirnya putri monyet merah dan putra monyet biru bersepakat untuk menurunkan budget jauh lebih kecil dari semula.
Putri monyet merah dan putra monyet biru menghubungi salah satu EO di negeri monyet secara mendadak dan mengganti hampir semua vendor untuk mengurangi pengeluaran. Ketika sang ratu mengetahui bahwa putri monyet merah dan putra monyet biru mengganti salon yang lebih murah seketika sang ratu menghardik putra tertua monyet merah pun ikut-ikutan memberi kritikan meski dirinya sendiri yang telah mendirikan klan baru selama bertahun-tahun bahkan tak mampu memberi pisang untuk keluarganya.
Karena reaksi ratu monyet merah inilah maka akhirnya vendor santapan yang semula juga hendak diganti tidak jadi diganti. Sebab sejak awal vendor ini sudah diurus oleh sang ratu monyet merah sehingga bisa terbayang bagaimana reaksinya kalau diganti.
Jamuan pesta tinggal seminggu lagi sementara persiapan belum juga selesai maka putri monyet merah dan putra monyet biru dibantu oleh EO di negeri monyet melakukan persiapan yang memakan waktu hampir 24 jam setiap hari. Tiga hari menjelang hari H ketika menjelaskan kepada sang ratu bahwa putri monyet merah dan putra monyet biru tidak akan mengadakan upacara adat karena meski monyet mereka sudah mengenal dewa sehingga apapun yang tidak sesuai ajaran dewa tidak hendak dilakukan. Rupanya lagi-lagi sang ratu tidak berkenan, setelah gagal menggunakan mulut putra tertua monyet merah selanjutnya sang ratu meminjam nama adipati monyet merah. Demi menghindarkan konflik apalagi waktu persiapan sudah semakin habis maka putri monyet merah dan putra monyet biru setuju untuk diadakan acara adat.
Akhirnya hari jamuan pesta telah tiba, meski dengan persiapan yang demikian mendadak ternyata hampir keseluruhan acara berlangsung dengan baik. Kecuali satu hal ketika acara foto-foto ternyata EO negeri monyet melewatkan daftar klan monyet merah. Sebelum hari H sang ratu menyerahkan daftar foto dengan tulisan tangan, akhirnya oleh monyet biru diketik dengan menggunakan “Monyet Excel” dimana dalam satu file dibagi dua sheet masing-masing untuk daftar klan biru dan sheet yang lain untuk klan merah. Mengingat waktunya sudah mepet maka file ini dikirimkan melalui e-mail kepada EO negeri monyet. Rupanya EO negeri monyet tidak membuka semua sheet dan hanya sheet klan biru saja yang dicetak. Lagi-lagi sang ratu mulai mempertontonkan tabiatnya yang mudah tersinggung dengan mengatai-katai bahwa klan biru memang kurang ajar, tidak tahu malu dan lain sebagainya.
Setelah pesta usai dilakukan penghitungan pisang yang disumbangkan oleh para tamu. Penghitungan dilakukan di istana monyet merah. Berdasar kata-kata sang ratu sendiri bahwa sumbangan itu terserah kepada putri monyet merah dan putra monyet biru hendak digunakan sendiri atau hendak disumbangkan maka putri monyet merah dan putra monyet biru menyampaikan kepada sang ratu bahwa sumbangan tersebut digunakan untuk mengganti pisang-pisang yang dipinjam dari lumbung sang ratu sebagai tambahan ketika mengadakan acara jamuan.
Ternyata sang ratu tidak berkenan lagi, bukannya menyampaikan maksud secara langsung kepada putri monyet merah dan putra monyet biru justru sang ratu menceritakan kejadian ini kepada seluruh klan. Padahal kata-katanya bahwa sumbangan itu terserah kepada putri monyet merah dan putra monyet biru hendak digunakan sendiri atau hendak disumbangkan tidak pernah disampaikan kepada anggota klan merah.
Dengan bersandiwara sebagai seorang janda yang dianiaya disertai tangisan-tangisan monyet yang menggema di seluruh istana maka tersebarlah cerita versi sang ratu. Anggota klan merah yang mendengar tentu saja berpikir bahwa putri monyet merah dan putra monyet biru adalah anak-anak durhaka yang kurang ajar.
Meski monyet namun mereka memiliki kebiasaan buruk yang dimiliki oleh manusia, mungkin karena mereka juga sering berhubungan dengan manusia sehingga mempelajari sifat ini. Kebiasaan buruknya adalah ketika mendengar ada orang yang teraniaya tanpa cek dan ricek fakta langsung saja menghakimi atau mencoba mencari solusi. Sifat yang aneh bagaikan seorang dokter yang tanpa mengetahui penyakit pasien sudah mau memberi obat. Bayangkan saja kalau sakitnya maag diberi obat berupa vitamin C dosis tinggi.
Makin lama cerita ini makin berbumbu, ketika putri monyet merah dan putra monyet biru menginap di hotel untuk berbulan madu dikatakan berfoya-foya, padahal sang monyet biru “ditraktir” oleh salah satu rekanan bisnisnya sebagai hadiah pernikahan.
Selama persiapan dan hari pesta putri monyet merah dan putra monyet biru menggunakan mobil, dikatakan bahwa pisang-pisang sumbangan sudah ditukar dengan mobil baru padahal mobil itu sudah dimiliki hampir setahun dan memang jarang digunakan sendiri karena lebih sering disewakan. Berhubung saat itu mereka lagi membutuhkan maka mobil ini dipakai sendiri. Kemungkinan memang sang ratu tidak tahu sebab meski sudah dimiliki hampir setahun oleh putra monyet biru namun jarang-jarang digunakan sendiri. Dan tidak seperti sang ratu dan putranya yang cenderung suka pamer, putra monyet biru dan putri monyet merah tidak merasa penting untuk mempertontonkan harta.
Akibat kejadian itu terjadi perang dingin antara klan merah dengan putri monyet merah dan putra monyet biru yang kini mendirikan klan ungu. Klan ungu lebih memilih melanjutkan hidup dengan tidak mengungkit-ungkit masalah. Sebaliknya klan merah entah tidak tahu cara memulai atau memang suka memancing peperangan, melalui putra tertua monyet merah yang seolah-oleh menjadi pembicara klan berkali-kali mengungkapkan rasa kasihan terhadap sang ratu yang dianaya oleh anaknya. Putra tertua monyet merah ini rupanya lupa bahwa dirinya beberapa tahun yang lalu pernah menimbulkan prahara lebih besar dan bukan oleh karena kesalahpahaman namun oleh karena ketololannya sendiri.
Memang sudah wataknya putra tertua monyet merah ini selalu berlagak sok tau dan sok bijak untuk menutupi keburukannya. Putra monyet biru sendiri sudah lama tidak menyukai putra tertua monyet merah karena hatinya yang penuh kepalsuan dan menelantarkan klannya sendiri namun demi menjaga perdamaian maka putra monyet biru mengalah. Rupanya putra tertua monyet merah ini tidak mengerti, justru mengalahnya putra monyet biru ini dianggap sebagai ketakutan. Sungguh monyet merah yang bodoh… mengingat ada satu masa ketika putra monyet biru hendak menantang perang putra tertua monyet merah namun akhirnya niat tersebut diurungkan atas permintaan putri monyet merah. Diurungkannya niat tersebut tantulah menyelamatkan putra tertua monyet merah sebab berdasarkan analisa statistik dari panglima perang di pentagon kekuatan keduanya tidak berimbang. Putra monyet biru jauh lebih unggul dalam penguasaan teknik perang dan pengalaman perang.
Adipati monyet merah yang adalah adik dari sang ratu juga beberapa kali mencoba memberikan solusi, namun karena tidak mengetahui masalah yang sebenarnya maka solusinya menjadi lugu (lucu tur wagu). Putra termuda monyet merah yang masih muda dan polos juga menilai apa yang dilakukan sang kakak yaitu putri monyet merah dan putra monyet biru adalah hal buruk sehingga meminta sang kakak untuk meminta maaf kepada sang ratu. Dengan tidak sopannya putra monyet termuda menghardik sang kakak yang tanpa dia sadari sudah beberapa kali melindunginya meski harus berseberangan dengan sang ratu di masa lampau. Sungguh memang banyak dokter yang mencoba memberi obat tanpa tahu penyakitnya.
Sang ratu monyet merah yang memiliki seribu wajah kini bersikap manis kepada klan monyet biru, meski tulus dan tidaknya juga belum diketahui. Pastinya bahwa klan monyet biru tidak pernah tahu bahwa mereka pernah diolok-olok oleh sang ratu monyet merah.
Apa sebenarnya yang menyebabkan sang ratu tiba-tiba bersikap aneh dan memungkiri kata-katanya sendiri hingga saat ini tidak ada yang benar-benar tahu selain ratu monyet merah sendiri. Namun menurut penerawangan para tua-tua di negeri monyet ada beberapa kemungkinan. Bisa jadi sang ratu tersinggung dengan tidak dicetaknya daftar foto klan monyet merah bisa saja ini terjadi karena sang ratu terkenal pendendam dan mudah tersinggung meski untuk hal-hal yang tidak masuk akal. Kemungkinan lain adalah sang ratu yang memang gemar perhatian ini sedang mencari perhatian atau kecewa karena dari sekian banyak tamu yang diundangnya hanya separoh yang hadir meski ini mudah dimengerti sebab dari sekian banyak daftar undangan rata-rata yang diundang sang ratu adalah bangsawan di negeri monyet yang kenal hanya karena kepentingan bukan penduduk biasa yang sebenarnya memang memiliki rasa persaudaraan yang erat dengan klan merah. Bisa jadi karena ketidakhadiran mereka inilah sang ratu merasa kecewa dan mengungkapkan kemarahannya melalui hal lain, yang penting dirinya mendapat perhatian tanpa peduli cerita apa dan siapa yang mesti "dijual". Apalagi dari antara yang hadir diundang oleh sang ratu banyak yang tidak membawa pisang namun hanya kulitnya saja. Sang ratu yang sejak sukses memimpin klan merah merasa diri menjadi orang penting tentu saja tersinggung dengan kenyataan ini. Dirinya juga terkenal sebagai monyet berhati busuk, karena hatinya busuk maka pikiran dan praduganya terhadap monyet lain selalu buruk. Karena hatinya busuk maka pikiran, perkataan dan perbuatannya pun busuk.
Dan konyol bahwa hingga kini kemana-mana si ratu monyet masih pede untuk bercerita bahwa dirinya sudah menghabiskan hampir dari 100 juta untuk biaya pernikahan putrinya. Bahkan dengan berlagak sok suci dan sok ikhlas dirinya berkata bahwa baginya masalah ini sudah selesai yang penting jangan sampai putrinya dan suami putrinya menuntut dirinya apabila si ratu membiayai anak-anak putra tertuanya.
Tentu kata-kata ini bagaikan banyolan menggelikan bagi klan ungu, memang dipikirnya semua laki-laki seperti putra tertuanya yang harus dibiayai oleh si nenek seumur hidup bahkan sampai ke cucu-cucunya. "Amit-amit terpikir pun tidak!" bagitu kata klan ungu.
Tak tanggung-tanggung klan monyet merah melalui putra tertua monyet merah dengan solusi monyet kehilangan akal dan bahkan melupakan harga dirinya sebagai seekor monyet meminta agar pisang-pisang itu dibebankan kepada dua belah pihak yaitu klan merah dan klan biru masing-masing setengah. Padahal ketika menentukan jumlah pisang yang hendak dikeluarkan dari lumbung sang ratu-lah yang memutuskan tanpa berdiskusi dengan pihak manapun. Ketika jumlahnya terus membengkak pun juga karena sang ratu hendak mengantisipasi tamunya. Namun ketika ternyata tamu-tamunya tidak datang yang tentu saja bukan tanggung jawab putri monyet merah, putra monyet biru maupun klan monyet biru tanpa segan-segan dan melupakan harga diri klan monyet merah memberikan solusi ini. Kasihan memang kalau dipikir, demi mencari perhatian dan mengungkapkan kejengkelan seekor monyet melupakan harga diri bahkan harkat martabatnya sebagai seekor monyet.
Namun apa hendak dikata, kenyataannya klan kuning yang dipimpin oleh putra tertua monyet merah meski telah berdiri bertahun-tahun tetap saja bergantung pada pasokan pisang dari sang ratu. Maka bisa dimaklumi jika putra tertua monyet merah melupakan harga dirinya demi membela sang ratu secara membabi buta, mungkin pikirnya: "Apa daya dikata sebab daku hanya bisa meminta..." Meski seringkali lupa diri akan kenyataan dirinya sehingga putra tertua monyet merah sering berlagak bijak dan dewasa ketika berhadapan dengan sepupu-sepupunya sementara dibalik itu kewajiban terhadap anak istrinya baik lahir maupun batin tak pernah dipenuhinya.
Putra tertua monyet merah pernah mencoba menghubungi klan ungu melalui 5 pesan singkat, dimulai dengan sekedar basa-basi, menghimbau rekonsiliasi hingga pada pesan yang terakhir yang berkesan mencari pendukung atas masalah yang dihadapinya. Klan ungu tak menghiraukan dan tak menjawab pesan itu karena klan ungu berkeyakinan bahwa putra tertua monyet merah meski penampakannya laki-laki namun jiwanya tak lebih dari pengecut yang gemar berdebat kusir. Selain itu rekonsiliasi yang ditawarkan berkesan agar klan ungu meminta maaf kepada ratu monyet merah, tentu saja klan ungu menolak mentah-mentah untuk meminta maaf atas sesuatu yang tidak pernah terjadi.
Ternyata belakangan baru ketahuan bahwa putra tertua monyet merah telah selingkuh dan memiliki anak di luar nikah, dengan tanpa malu dirinya kembali pada ibunya hendak ikut ibunya untuk seterusnya karena dirinya tak mampu menanggung beban ekonomi. Tentu saja bukan sekedar alasan ekonomi namun juga ketidakmampuannya menanggung resiko. Dan yang tak kalah menggelikan adalah bukannya yang pertama kali didatangi adalah istri dan anak-anaknya untuk meminta maaf dan memberikan penjelasan namun justru si emaklah yang didatangi pertama kali. Bersama si emak dan para saudaranya mereka menentukan langkah-langkah yang harus diambil sementara istrinya sendiri belum tahu apa-apa. Rupanya dia memang mengidap penyakit Failure to Launch stadium akhir.
Masalah ini bagi klan ungu bukanlah sesuatu yang hendak mereka campuri, mereka bahkan tak peduli urusan ini hanya saja kejadian tersebut semakin menunjukkan kemunafikan sang perancang persekongkolan jahat dan kroni-kroninya.
Demikianlah Prahara Negeri Monyet…sekiranya kita yang adalah manusia mau belajar dari prahara itu dan mampu bersikap lebih bijak dibandingkan para monyet di negeri monyet. Jangan seketika salahkan mobil kalau terjadi kecelakaan antara mobil dan sepeda motor. Jangan coba memberi obat kalau tidak tahu penyakitnya. Jangan memihak kalau tidak tahu duduk perkaranya, jangan menghakimi jika tak ingin dihakimi, apa yang kamu ukurkan akan digunakan untuk mengukurmu…
Selasa, 09 Februari 2010
on
14.07