Sabtu, 27 Desember 2008

Widgets

on

Budaya Cuma…

Membakar sampah ditegur karena menjadi penyumbang pemanasan global, jawabnya: “Ah cuma segini, di negara maju banyak rumah kaca yang efeknya lebih parah!”

Melanggar rambu dilarang lewat ketika ditegur jawabnya: “Cuma beberapa meter kok daripada mutar...”

Melanggar rambu dilarang berhenti ditegur karena bikin macet jawabnya: “Cuma sebentar…”

Naik motor tidak pakai helm ketika ditegur katanya: “Dekat kok cuma ke sana…”

Jual jeruk lima kilo dicampur satu yang busuk alasannya: “Cuma satu diantara sekian, kalau tidak begini kapan untungnya?”

Akrabkah kita dengan kalimat-kalimat itu? Ya…seringkali kita terlalu permisif pada diri sendiri.

Satu orang minta toleransi karena cuma sedikit dan sebentar, bagaimana kalau dua orang? Satu kota? Satu propinsi? Satu negara? Seluruh Dunia? Lagipula apa satu orang hanya melakukan yang sebentar dan sedikit itu satu kali saja seumur hidup?

Sadarkah kita bahwa yang sedikit, sebentar dan lain sebagainya itu kalau dikumulasikan tidak lagi menjadi sedikit dan sebentar?

Sadarkah kita kalau yang sedikit dan sebentar itu menyumbang yang banyak dan lama?

Sedikit atau banyak, sebentar atau lama tindakan salah tetaplah salah..TITIK!

Semoga di akhir tahun ini kita masing-masing bisa berkaca dan memperbaiki diri untuk tahun-tahun mendatang. Mari mulai dari diri sendiri, mulai dari kecil dan sederhana untuk kebaikan bersama.

Selamat Tahun Baru 2009 untuk semuanya, mari kita sambut tahun yang baru dengan harapan, kebiasaan dan tindakan yang jauh lebih baik lagi. (Satrio A. Wicaksono)