Tanpa terasa dua tahun telah berlalu sejak saya memutuskan keluar dari pekerjaan dan memasuki fase baru sebagai entrepreneur. Ternyata waktu begitu cepat berlalu, terkadang saya masih merasa baru beberapa bulan saja menjalani hidup mandiri.
Jika diingat kembali ternyata banyak hal yang telah terjadi selama dua tahun ini. Masih teringat rasa semangat sekaligus khawatir ketika hendak memutuskan menjadi entrepreneur. Teringat juga bagaimana rasanya menanti order yang tak kunjung tiba. Teringat bagaimana rasanya memperoleh order dan pembayaran pertama dengan nilai yang belum pernah terbayang sebelumnya. Teringat bagiamana rasanya pertama kali (semoga yang terakhir pula) tertipu (order tidak dibayar). Teringat bagaimana pertama kalinya merekrut karyawan, ada rasa bangga karena memberikan lapangan kerja namun sekaligus khawatir jangan-jangan tidak mampu bayar gajinya...
Dua tahun ini memberikan banyak pelajaran berharga. Bersyukur sekali rasanya hingga hari ini saya bisa mantap menjalani pilihan ini. Menjadi entrepreneur memang tak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Waktu itu hanya terpikir nikmatnya kebebasan waktu, kebebasan finansial, kebebasan berkreativitas.
Kenyataannya menjadi entrepeneur tidak segampang itu. Ketika masih menjadi karyawan pada level mungkin kita cukup memahami satu bidang/bagian saja namun ketika berwirausaha mau tidak mau harus mengurus dan meguasai segala hal terkait bidang usaha kita dari A hingga Z.
Menghadapi berbagai tipe pelanggan, berbagai tipe pemasok, berbagai tipe karyawan dan berbagai tipe kompetitor perlu benar-benar memanajemen hati agar tidak stress. Terbukti beberapa teman saya yang semula dengan gagah berani memutuskan untuk menjadi entrepreneur pada akhirnya memilih kembali menjadi karyawan. Godaan untuk menjadi karyawan memang terkadang begitu besar saat kita mengalami tekanan dan kesulitan dalam menjalankan usaha. Jujur saja saya pun pernah hampir tergoda, syukurlah masih cukup keyakinan untuk terus fight!!
Dunia kewirausahaan saat ini sedang menjadi trend yang luar biasa di kalangan kaum muda. Ini merupakan fenomena yang baik, namun hendaknya juga diimbangi dengan pengetahuan memadai mengenai dunia entrepreneurship itu sendiri sekaligus kesiapan mental agar jangan melempem patah arang di tengah jalan. Entrepreneur harus memiliki mental yang benar-benar kuat kalau mentalnya manja dan mudah menyerah lebih baik lupakan saja.
Contoh kesuksesan entrepreneur-entrepreneur muda hendaknya menjadi motivasi bagi mereka yang tertarik menggeluti dunia ini. Banyak contoh sukses entrepreneur muda yang membangun bisnis dan jaringan dari nol hingga menghasilkan omzet milyaran.
Entrepreneur masa kini tidak lagi membangun usahanya dengan modal kongsi politik namun justru membangun jejaring sosial melalui pertemanan masa lalu (sekolah, kuliah, dll.), perkenalan melalui media internet (friendster, facebook, dll). Jika Anda berpikir seorang entrepreneur sudah harus memiliki modal milyaran untuk menghasilkan omzet milyaran pula serta garis keturunan tertentu sebagai syarat maka saran saya lupakanlah untuk terjun ke dunia ini. Karena memang Anda tidak akan mampu bertahan di sini.
Ada perdebatan apakah untuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses haruslah berpendidikan tinggi atau justru tidak berpendidikan? Harus memiliki pengalaman sebagai pegawai (ikut orang) atau tidak sama sekali? Bagi saya secara pribadi keduanya tidak menjamin kesuksesan bahkan tidak cukup relevan diperdebatkan. Hal terpenting yang menjadikan seorang entrepreneur sukses adalah kemauannya. Kegagalan seseorang disebabkan kurangnya kemauan sebaliknya kesuksesan seseorang ditentukan oleh besarnya kemauan dalam dirinya.
Meski dalam situasi krisis global namun menurut saya iklim saat ini sangat kondusif bagi yang ingin memasuki dunia entrepreneurship. Banyak fasilitas yang memungkinkan untuk membangun jejaring, banyak mentor yang bersedia memberikan bimbingan mulai yang gratis hingga yang berbayar puluhan juta rupiah, dukungan pemerintah dan bank kepada UKM saat ini bisa dikatakan mengalami kemajuan yang sangat baik. Namun tentunya syarat utama justru dari dalam diri sendiri: Apakah Anda memiliki mental kuat untuk memasuki dunia ini? Apakah Anda memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi entrepreneur? Apakah Anda memiliki tujuan yang jelas? Apakah Anda siap menghadapi kegagalan? Mampukah Anda bangkit setelah gagal? Apakah Anda berani menolak praktek-praktek bisnis tidak jujur? Apakah Anda siap berhadapan dengan pemasok dan kompetitor yang bersaing dengan tidak sehat? Apakah Anda siap menghadapi berbagai tipe pelanggan? Apakah Anda siap ditipu (semoga tidak terjadi)? Renungkan jawabannya dan jangan hanya sekedar ikut arus.
Jika diingat kembali ternyata banyak hal yang telah terjadi selama dua tahun ini. Masih teringat rasa semangat sekaligus khawatir ketika hendak memutuskan menjadi entrepreneur. Teringat juga bagaimana rasanya menanti order yang tak kunjung tiba. Teringat bagaimana rasanya memperoleh order dan pembayaran pertama dengan nilai yang belum pernah terbayang sebelumnya. Teringat bagiamana rasanya pertama kali (semoga yang terakhir pula) tertipu (order tidak dibayar). Teringat bagaimana pertama kalinya merekrut karyawan, ada rasa bangga karena memberikan lapangan kerja namun sekaligus khawatir jangan-jangan tidak mampu bayar gajinya...
Dua tahun ini memberikan banyak pelajaran berharga. Bersyukur sekali rasanya hingga hari ini saya bisa mantap menjalani pilihan ini. Menjadi entrepreneur memang tak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Waktu itu hanya terpikir nikmatnya kebebasan waktu, kebebasan finansial, kebebasan berkreativitas.
Kenyataannya menjadi entrepeneur tidak segampang itu. Ketika masih menjadi karyawan pada level mungkin kita cukup memahami satu bidang/bagian saja namun ketika berwirausaha mau tidak mau harus mengurus dan meguasai segala hal terkait bidang usaha kita dari A hingga Z.
Menghadapi berbagai tipe pelanggan, berbagai tipe pemasok, berbagai tipe karyawan dan berbagai tipe kompetitor perlu benar-benar memanajemen hati agar tidak stress. Terbukti beberapa teman saya yang semula dengan gagah berani memutuskan untuk menjadi entrepreneur pada akhirnya memilih kembali menjadi karyawan. Godaan untuk menjadi karyawan memang terkadang begitu besar saat kita mengalami tekanan dan kesulitan dalam menjalankan usaha. Jujur saja saya pun pernah hampir tergoda, syukurlah masih cukup keyakinan untuk terus fight!!
Dunia kewirausahaan saat ini sedang menjadi trend yang luar biasa di kalangan kaum muda. Ini merupakan fenomena yang baik, namun hendaknya juga diimbangi dengan pengetahuan memadai mengenai dunia entrepreneurship itu sendiri sekaligus kesiapan mental agar jangan melempem patah arang di tengah jalan. Entrepreneur harus memiliki mental yang benar-benar kuat kalau mentalnya manja dan mudah menyerah lebih baik lupakan saja.
Contoh kesuksesan entrepreneur-entrepreneur muda hendaknya menjadi motivasi bagi mereka yang tertarik menggeluti dunia ini. Banyak contoh sukses entrepreneur muda yang membangun bisnis dan jaringan dari nol hingga menghasilkan omzet milyaran.
Entrepreneur masa kini tidak lagi membangun usahanya dengan modal kongsi politik namun justru membangun jejaring sosial melalui pertemanan masa lalu (sekolah, kuliah, dll.), perkenalan melalui media internet (friendster, facebook, dll). Jika Anda berpikir seorang entrepreneur sudah harus memiliki modal milyaran untuk menghasilkan omzet milyaran pula serta garis keturunan tertentu sebagai syarat maka saran saya lupakanlah untuk terjun ke dunia ini. Karena memang Anda tidak akan mampu bertahan di sini.
Ada perdebatan apakah untuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses haruslah berpendidikan tinggi atau justru tidak berpendidikan? Harus memiliki pengalaman sebagai pegawai (ikut orang) atau tidak sama sekali? Bagi saya secara pribadi keduanya tidak menjamin kesuksesan bahkan tidak cukup relevan diperdebatkan. Hal terpenting yang menjadikan seorang entrepreneur sukses adalah kemauannya. Kegagalan seseorang disebabkan kurangnya kemauan sebaliknya kesuksesan seseorang ditentukan oleh besarnya kemauan dalam dirinya.
Meski dalam situasi krisis global namun menurut saya iklim saat ini sangat kondusif bagi yang ingin memasuki dunia entrepreneurship. Banyak fasilitas yang memungkinkan untuk membangun jejaring, banyak mentor yang bersedia memberikan bimbingan mulai yang gratis hingga yang berbayar puluhan juta rupiah, dukungan pemerintah dan bank kepada UKM saat ini bisa dikatakan mengalami kemajuan yang sangat baik. Namun tentunya syarat utama justru dari dalam diri sendiri: Apakah Anda memiliki mental kuat untuk memasuki dunia ini? Apakah Anda memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi entrepreneur? Apakah Anda memiliki tujuan yang jelas? Apakah Anda siap menghadapi kegagalan? Mampukah Anda bangkit setelah gagal? Apakah Anda berani menolak praktek-praktek bisnis tidak jujur? Apakah Anda siap berhadapan dengan pemasok dan kompetitor yang bersaing dengan tidak sehat? Apakah Anda siap menghadapi berbagai tipe pelanggan? Apakah Anda siap ditipu (semoga tidak terjadi)? Renungkan jawabannya dan jangan hanya sekedar ikut arus.